Pages

Thursday, October 2, 2014

APA YANG BISA DILIHAT DI BELITUNG?

TANJUNG PANDAN: Dari Sunrise hingga Sunset   

YUPS. Apa yang bisa dilihat di Belitung selalu menjadi pertanyaan banyak calon pelancong saat merencanakan perjalanannya ke Belitung. Apakah hanya sekadar pantai yang muncul beberapa detik dalam scene film Laskar Pelangi, yang nota bene hanya Pantai Tanjung Tinggi saja?
Jawabnya tentu saja tidak. Pantai Tanjung Tinggi hanyalah salah satu dari puluhan pantai yang nyaman untuk dikunjungi di Belitung. Semua pantainya berkarakter sama. Berpasir putih, air jernih, susunan tak beraturan batu granit berukuran besar, berombak tenang nyaris tak beriak dan tanpa suara deburan ombak.
Ya, jika melakukan perjalanan wisata ke Belitung, memang bukan hanya Pantai Tanjung Tinggi yang layak dikunjungi. Jika perjalanan tidak dilakukan secara terburu-buru, banyak pantai bisa dikunjungi, banyak ragam kuliner bisa dikecap, banyak adat istiadat yang bisa diselami dan souvenir bisa dibawa pulang.
Nah bagi yang memiliki waktu kunjungan singkat tak pula perlu pesimis karena tidak bisa menikmati Belitung lebih dalam [more depth Belitong]. Ada shortcut perjalanan yang bisa dilintasi untuk mendapatkan potongan-potongan kecil wisata yang jikan dirangkai bisa menggambarkan Belitung secara utuh. Kuncinya satu, cermat mengatur jalur perjalanan.

Memulai Perjalanan dari KM-0: Tugu Batu Satam
ADA dua titik untuk memulai perjalanan wisata di Belitung. Yaitu Bandara Hanandjoeddin jika menggunakan pesawat udara [dari Jakarta] dan Pelabuhan Tanjung Pandan jika menggunakan angkutan laut [dari Pulau Bangka tentu].
Idealnya, selepas dari Bandara Hanandjoeddin, perjalanan bisa dimulai dengan menguliti Kota Tanjung Pandan terlebih dahulu. Dari Bandara Hanandjoeddin hanya perlu waktu 15 menit menggunakan kendaraan roda empat untuk mencapai ibukota Kabupaten Belitung ini. Kondisi jalan sepanjang 15 kilometer yang dilintasi sangat mulus lus lus lus, beraspal hotmix.  Kota kecil ini sekarang (2014) berpenduduk sebanyak 90.000 jiwa, yang tersebar di 12 Kelurahan/Desa.
Setiba di Tanjung Pandan pelancong akan segera disuguhi aikon Kota Tanjung Pandan. Persis di tengah simpang lima, di kilometer nol Belitung, tersaji Tugu Batu Satam, sebagai penanda kota. Di puncak tugu yang disanggah 5 (lima) pilar terdapat sebuah batu hitam berukuran besar, mereplikkan batu satam yang sering disebut meteorit bilitonit.


Batu Satam sendiri merupakan batuan khas Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Belitung. Batu berwarna hitam ini memiliki urat-urat yang khas dan tergolong batuan langka.
Batu ini terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun lalu. Serpihan batu meteor itu tersebar ke seluruh pelosok dunia seperti Australia, Cekoslovakia, Arab, dan di Indonesia tepatnya di Belitung. Saat jatuh di atas tanah Pulau Belitung, meteor ini bereaksi dengan kandungan timah yang sangat banyak terdapat di Pulau Belitung, sehingga membentuk batu hitam keras.
Batu Satam secara tak sengaja pertama kali ditemukan oleh penambang timah bertenis China pada tahun 1973 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, dalam penambangan timah dengan kedalaman 50 meter.
Konon, penamaan Batu Satam didasarkan pada nama penemunya yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Sa dan Tam. Jika diartikan secara harfiah, Sa berarti pasir dan Tam berarti empedu. Sehingga Satam memiliki arti empedu pasir.
Batu Satam memiliki beberapa nama yakni Taktite dan Billitonit.  Istilah Taktite digunakan para ilmuwan yang meneliti Batu Satam, sedangkan istilah Billitonit digunakan seorang peneliti dari Belanda bernama Ir. N. Wing Easton yang melakukan penelitian terhadap Batu Satam pada tahun 1922.
Batu Satam sudah diuji Fakultas MIPA Universitas Padjajaran dan Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan. Menurut penelitian ilmiah sekitar 700 ribu tahun lalu, sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia. Meteor inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam.
Nah agar perjalanan pelancong afdol, jangan lah lupa untuk menyempatkan diri berfoto selfie di Tugu Batu Satam, sebagai bukti sudah menginjakkan kaki di Kota Tanjung Pandan. Ada dua waktu yang akan mendapatkan hasil foto yang eksotis di Tugu Satam. Yaitu pada pagi hari, sekitar pukul 05.30 pagi. Pada pagi hari sunset yang muncul persis di belakang tugu, akan menampilkan siluet tugu yang sangat eksotis. Waktu pemotretan kedua adalah malam hari. Terutama akibat cahaya lampu warna warni di kelima pilar tugu serta lampu sorot ke replika batu satam akan membuat tugu ini menjadi lebih hidup.


Puas berfoto selfie di Tugu Batu Satam, perjalanan bisa dilanjutkan ke Jalan Endek. Di sisi kanan jalan ini menuju Pasar Ikan, terdapat sebuah gedung tua. Untuk gedung tua ini ada orang menyebutnya Gedung Societed. Sejatinya gedung tua ini adalah salah satu heritage Belitung saat ini.
Konon, bangunan tua ini dulu adalah rumah Kapiten Phang Tjong Toen, seorang juru tulis tambang sejak John F. Loudon mulai membuka pertambangan timah di Belitung pada tahun 1853.
Disebutkan rumah ini dibangun pada tahun 1868. Rumah tua yang pernah difungsikan sebagai kantor organisasi politik dan kantor organisasi kepemudaan di era orde baru ini, saat dibangun memang berfungsi sebagai rumah kediaman Kapten Phang Tjong Toen. Hingga kini bentuknya tidak mengalami perubahan alias asli sebagaimana waktu dibangun sekitar 146 tahun silam.
Namun sebelum beranjak ke Jalan Endek, dari Tugu Batu Satam mendongak lah ke sebuah bangunan di depannya. Sebuah bangunan yang di atasnya terdapat sebuah jam berukuran besar, yang oleh masyarakat Belitung disebut jam gede. Dulu jam gede adalah landmark Kota Tanjung Pandan sebelum digantikan oleh Tugu Batu Satam.
Gedung tempat bercokolnya  jam gede itu sendiri tak kalah panjang sejarahnya. Gedung tersebut dulu adalah kantor Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB), perusahaan tambang timah milik Kerajaan Belanda di Belitung, yang kemudian berubah menjadi PN Timah Belitung, lalu menjadi Unit Penambangan Timah Belitung.
Akan halnya jam gede yang ada sekarang bukanlah jam yang aslinya. Konon, jam aslinya sama dengan jam yang ada di Kota Amsterdam, Belanda. Bandulnya terbuat dari kuningan dengan warna dasar agak kekuning-kuningan dan menggunakan  angka-angka Romawi.

Eksotisme Sunsrise di Pasar Ikan Tanjung Pandan
SETELAH melalui Jalan Endek, di ujung simpang jalan pelancong akan bertemu perempatan jalan. Berjalanlah lurus. Maka akan tampak sebuah papan nama jalan bertulisan Gang Kim Ting. Jika lurus menyusuri jalan ini akan bermuara ke Pasar Sayur dn Pasar Ikan Tanjung  Pandan.
Namun, sabar dulu. Di sisi kiri kanan jalan Gang Kim Ting ini banyak terdapat beraneka toko kelontong, yang sejak dulu hingga sekarang masih berjualan barang yang sama. Mulai dari keranjang rotan dua wadah disebut keranjang pempang. Yaitu sebuah keranjang rotan yang --sepertinya-- rancangannya mengadaptasi sepeda lalu sepeda motor. Hingga karena adanya penyambung di antar kedua wadahnya, maka menjadi praktis untuk ditaruh di dudukan belakang sepeda atau sepeda motor. Di toko ini juga dijual aneka kerajinan lokal yang bersifat fungsional. Semisal mentudongan [tudung saji], ambong [keranjang rotan satu wadah yang membawanya ditaruh di punggung atau disandang], sero, bubu dan aneka kerajinan rotan atau berbasis pandan semisal tikar, topi terindak dan lain-lain.
Bukan hanya itu. Di toko itu juga dijual aneka alat pancing, sandal lily, lampu pelita minyak tanah, lampu minyak tempel, petromak dan sebagainya.
Lurus mengikuti jalan Gang Kim Ting, akan ditemui Pasar Ikan Tanjung Pandan. Aneka jenis ikan segar laut dijual di pasar yang terletak di muara Sungai Cerucuk ini. Mulai ikan jambal, tenggiri, tongkol, ilak, kakap merah, kerisi, bingkis, udang, kepiting rajungan, hingga kimak. Pendek kata semua jenis biota laut yang bisa dimakan ada dijual di pasar ikan ini.
Jika berada di pasar sini pukul sepuluh pagi, cobalah berjalan ke sisi kiri dari lokasi pasar. Akan nampak pemandangan sangat indah dari jejeran perahu nelayan.
Sejati nya di sekitar pasar ikan ini terdapat satu lokasi pemotretan sangat baik untuk mengabadikan sunrise. Persisnya di ujung pelabuhan pasar ikan, tempat penyeberangan perahu menuju ke Desa Juru Seberang. Pemandangan pagi hari di lokasi ini sangat mengagumkan. Saat sunrise muncul, akan nampak rona merah menawan. Seiring itu muncul pemandangan tersamar menjadi jelas pelabuhan minyak milik PERTAMINA, Bukit Dian, belakang pasar, lalu lalang perahu nelayan yang mulai berangkat melaut, dan udara pagi yang segar. Jika ke Belitung saya merekomendasikan lokasi ini sebagai pilihan untuk menikmati sunrise.


Berseberangan dengan pasar ikan, terdapat Pelabuhan Tanjung Pandan. Jika berada di sini pada malam hari, akan terdapat pemandangan indah sangat memesona. Lampu kapal yang samar menerangi badan dan tiang kapal terefleksi sempurna pada kolam pelabuhan menyajikan keindahan luar biasa. Saya pun merekomendasikan lokasi Pelabuhan Tanjung Pandan sebagai tempat yang bagus untuk dikunjungi pada malam hari, terutama bagi yang menyukai fotografi.



Sunset di Tanjung Pendam
SANGAT mafhum bila sebuah kota di pinggir pantai memiliki urban beach tempat warga kota melepaskan diri dari kepenatan rutinitas sepanjang hari. Pun dengan Tanjung Pandan.
Adalah Pantai Tanjung Pendam. Pantai berjarak satu kilometer dari aikon kota Tugu Batu Satam ini merupakan tempat favorit bagi warga Kota Tanjung Pandan untuk sekadar berhibur diri dan keluarga.
Terletak di sebuah tanjung, jika cuaca cerah, Pantai Tanjung Pendam menjadi tempat ideal untuk menikmati turunnya secara matahari perlahan. Rona senja merubah langit menjadi merah kuning bak kuning telor. Keindahan rona warna itu disempurnakan oleh cahaya matahri yang membias di permukaan air laut. Keindahan senja di Tanjung Pendam akan semakin membuncah jika dipadu dengan latar belakang sebuah pulau kecil bernama Kalimoa serta pohon bakau yang banyak tumbuh di beberapa bagian pantai.
Masih di kawasan Pantai Wisata Tanjung Pendam, bagi yang ingin mengetahui sedikit gambaran tentang timah di Belitung, bisa berkunjung ke Museum Timah Belitung, tepatnya Museum Belitung.
Museum yang sejatinya dibangun dengan konsep museum geologi ini, dirintis atas prakarsa dr. Osberger seorang ahli geologi berkebangsaan Belgia pada tahun 1963. Konon, dulu bangunan museum ini adalah rumah kuno peninggalan pejabat Belanda. Buka sejak pukul 08.00 WIB pagi hingga sore museum ini menampilkan berbagai koleksi semisal keramik dan gerabah Cina yang ditemukan dari kapal dagang yang tenggelam di perairan Belitung. Museum ini juga menyajikan aneka koleksi  senjata, pakaian adat, furniture dan banyak lagi.
Terkait sejarah timah, museum ini menampilkan aneka contoh batu-batuan yang didapat dari kegiatan penambangan timah di Pulau Belitung. Museum ini juga menampilkan maket penambangan timah abad 18 hingga modern, maket kapal keruk timah yang kini sudah tidak beroperasi karena sangat merusak lingkungan. Sementara pada bagian halaman terdapat peninggalan kereta pengangkut timah zaman dahulu.

Uniknya, di bagian belakang museum ini terdapat kebun binatang mini dengan koleksi hewan seperti orangutan, burung, ular dan lain-lain.




1 comment:

  1. PROMO FREEBET 1 JUTA MERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU 2019 BOLAVITA

    - Promo Frenzy Bonus 3% Berlaku Untuk Seluruh Games Bolavita Dari Santa Claus ( Kecuali Togel )
    - Untuk Bola Tangkas Dapat Claim Bonus Dengan Syarat Withdraw Mencapai Win / Loss 25% dari Nilai Deposit + Bonus
    - Promo Berlaku untuk Member Yang Melakukan Deposit Minimal Rp 100.000
    - Maksimal Bonus Dapat di Claim adalah Rp 1.000.000
    - Syarat Penarikan Dana Adalah Melakukan Turnover Minimal 1x Dari Bonus + Deposit
    - Contoh ( Deposit 1000 ) + ( bonus 3% = 30 ) = 1000 + 30 = 1030 anda harus melakukan Valid Bet Senilai 1030 untuk melakukan penarikan dana
    - Anda Tetap Dapat Mengikuti Promo Cashback Apabila Telah Mengikuti Promo Frenzy Bonus Santa
    - Apabila Belum Mencapai Turnover Sudah Melakukan Withdraw Bonus Frenzy Kami Tarik Kembali
    - 1 User ID Berhak Melakukan Claim 1x
    - Kami Berhak Membatalkan Bonus Apabila Terdapat Indikasi Kecurangan
    - Untuk Freebet Santa Dibagikan Secara Otomatis Setiap Anda Melakukan Deposit
    * Tanggal 24 Desember Pukul 23:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 25 Desember Pukul 05:00 WIB
    * 31 Desember 2018 Pukul 22:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 1 Januari 2019 Pukul 07:00 WIB

    ReplyDelete